Aksi demonstrasi mahasiswa di depan Gedung Dewan Perwakilan Rakyat Kabupaten (DPRK) Aceh Tenggara, Kamis 4 September 2025 siang, berlangsung dengan nuansa berbeda. Jika biasanya unjuk rasa diwarnai teriakan orasi dan bentangan spanduk tuntutan, kali ini massa aksi juga disuguhi pembagian beras serta makan siang oleh pihak yang belum jelas asalnya.
Ratusan mahasiswa yang menamakan diri sebagai Aliansi Mahasiswa Bersatu itu awalnya datang untuk menyuarakan persoalan tuntutan kepada Presiden RI Prabowo Subianto. Namun, di sela-sela aksi, terlihat karung-karung beras dibagikan ke peserta, disusul dengan kotak nasi yang dibagikan sekitar pukul 12.30 WIB.
Seorang peserta aksi, sebut saja Rizal (21), mengaku terkejut dengan pola demo kali ini.
“Kami memang datang untuk menyampaikan aspirasi, tapi tiba-tiba ada yang membagikan beras dan nasi. Terus terang kami juga heran, siapa yang mengatur ini?,” ujarnya.
Fenomena tersebut menimbulkan tanda tanya publik. Beberapa warga yang ikut menyaksikan aksi bahkan menduga ada sponsor di balik unjuk rasa tersebut. Seorang pedagang kaki lima di sekitar lokasi menyebut, biasanya demonstrasi mahasiswa murni membawa isu rakyat, bukan diwarnai pembagian sembako.
“Kalau ada beras dibagi, ini sudah mirip kampanye. Kita khawatir gerakan mahasiswa jadi ditunggangi,” kata pedagang itu.
Sementara itu, pihak DPRK Aceh Tenggara yang menerima perwakilan massa menolak berkomentar terkait pembagian beras dan makan siang tersebut. Ketua DPRK hanya menegaskan bahwa pihaknya terbuka terhadap aspirasi mahasiswa, namun enggan menanggapi soal logistik aksi.
Di sisi lain, pengamat sosial lokal menilai fenomena ini patut diusut lebih jauh. Menurutnya, pembagian beras dalam aksi demonstrasi bisa mengaburkan makna perjuangan mahasiswa.
“Jika mahasiswa membawa isu kerakyatan, semestinya jangan sampai aksi mereka ditukar dengan politik pangan instan. Ini berbahaya bagi independensi gerakan,” ujar seorang akademisi dari Universitas Gunung Leuser.
Hingga siang hari, massa aksi akhirnya membubarkan diri dengan tertib setelah menyampaikan tuntutannya. Namun, cerita mengenai pembagian beras dan makan siang itu kini jadi bahan perbincangan hangat di warung kopi Kutacane.
Apakah aksi tersebut benar-benar murni suara mahasiswa, atau ada kepentingan lain yang bermain di balik layar? Pertanyaan itu masih menggantung, dan masyarakat menunggu kejelasan.
Penanggung jawab aksi, Eko Widyanto. Ia menyuarakan pihaknya menggelar aksi damai ke DPRK karena menuntut atas praktik represif pemerintah yang berkesinambungan. “Kami sangat marah jika langkah represif yang terus dilakukan aparat. Teman-teman kami yang gugur dalam perjuangan menambah catatan bagi kami atas gagalnya negara Republik Indonesia melindungi hak paling mendasar, adalah melindungi kehidupan Masyaraka,” kata Eko dalam orasinya
Dalam orasinya, mereka menyuarakan beberapa prihal penting.
1. Berikan kebebasan pendapat kepada aktivis juga demonstran yang ditahan hanya karena menyuarakan pendapat mereka.
2. Mahasiswa meminta pemerintah untuk secepatnya mengesahkan RUU Perampasan Aset untuk memberantas praktik korupsi.
3. Pihaknya mengecam tindakan kenaikan gaji dan tunjangan DPR RI serta rekomendasikan agar tambahan anggaran itu dialihkan untuk program yang memberikan kontribusi positif bagi bangsa dan tanah air.
4. Pihaknya meminta Presiden Prabowo Subianto untuk membatalkan pembahasan RUU bermasalah seperti RUU Polri, RUU Penyiaran, dan RUU KUHP yang dinilai membahayakan demokrasi,
5. Pihaknya mendesak Presiden Prabowo Subianto agar mencopot Kapolri Listyo Sigit Prabowo karena dianggap gagal menghindari langkah represif aparat.
6. Mereka menuntut Presiden Prabowo Subianto menanggung konsekuensi penuh atas pelanggaran HAM dan mengikis kebebasan individu.
Ratusan demonstran yang terdiri dari mahasiswa itu dikawal ketat oleh aparat keamanan hingga mereka mendapatkan jawaban dari ketua DPRK Aceh Tenggara
Sementara itu, Dandim 0108 Aceh Tenggara Letkol Czi Arya Murdyantoro sempat dikonfirmasi oleh Biro media unit1 dan membenarkan adanya disuguhi beras kepada demonstran.
Menurutnya, demonstran yang berlangsung di depan DPRK Aceh Tenggara berjalan tertib dan damai ”Saya sangat bangga menjadi bagian dari masyarakat Aceh Tenggara. Tidak ada demo seindah tempat kita” ujar Letkol Czi Arya Murdyantoro kepada Media Unit1.
Namun asal usul beras yang disuguhi kepada demonstran belum diketahui ”Dari semua pihak pak, utamanya pak Kapolres” ujarnya melalui sambungan WhatsApp media ini
Disamping itu, Kapolres Aceh Tenggara AKBP Yulhendri melalui kasi humas menyampaikan bahwa setiap suara masyarakat adalah bagian dari demokrasi yang harus dihargai.
”Kami hadir bukan untuk membatasi, tapi mendampingi agar penyampaian aspirasi berlangsung aman. Setiap tuntutan yang disampaikan akan menjadi catatan penting” pungkasnya.
Do,a bersama tidak lupa dipanjatkan oleh Kapolres Aceh Tenggara AKBP Yulhendri bersama pejabat yang hadir, terkait pengemudi ojek online (Ojol) dan petugas kepolisian yang telah gugur dan yang masih terluka dalam menjalankan tugas. Momen do,a bersama itu membuat suasana aksi semakin khidmat dan penuh rasa kebersamaan.
Red.
Alex (biro)